My Coldest CEO

18| Farewell Message



18| Farewell Message

0Mexico, 08:00 AM     
0

Sudah siap dengan tuxedo yang melekat erat di tubuh kekar Leo, sepatu kulit pun sudah terpasang menjadi alas kaki berkelas karena harganya yang memang termasuk tinggi.     

"Tolong siapkan Lamborghini di depan pintu keluar, saya akan segera turun." ucap Leo sambil menyodorkan sebuah kunci mobil yang berada di genggamannya saat ini.     

Kedua bodyguard yang tengah berdiri di depan pintu kamar hotelnya itu pun menoleh, dan salah satu dari mereka menganggukkan kepala merasa paham dengan perintah Leo. Seorang dengan tubuh kekar besar langsung saja meraih kunci mobil tersebut. "Baik Tuan, berikan saya waktu lima menit." ucapnya.     

Leo hanya menganggukkan kepala sambil membenarkan lengan tuxedo yang sedikit terlipat. Hal itu membuat salah satu bodyguard tersebut undur diri untuk memanaskan mobil dan memenuhi perintahnya.     

Sedangkan bodyguard yang satunya? tentu saja menjaga dirinya. "Apakah Tuan sudah siap?" tanya laki-laki tersebut yang memang di kepalanya tidak terdapat rambut dengan kulit kepala licin, dan jangan lupakan kacamata hitam tersampir di hidung mancungnya.     

Mendengar pertanyaan tersebut, tentu saja Leo segera menganggukkan kepalanya. "Tentu saja," jawabnya. Ia melangkahkan kaki untuk mendekati tepi kasur yang terdapat tas kerjanya lalu tangannya mulai meraih sebuah cangkir yang berisi americano.     

Slurp...     

Ia mulai menyeruput kopi tersebut yang asapnya saja masih dapat terlihat dengan mata telanjang. Sedikit menuangkan kopi pada pagi harinya, supaya matanya tetap terjaga karena setelah ini akan membicarakan perusahaan bersama dengan kolega besar di Mexico.     

Jujur saja ini bukan pertama kali bagi dirinya untuk menemui CEO lain yang menaruh kerja sama terhadap dirinya sampai harus ke luar negeri, lagipula itung-itung saja sebagai liburan tapi masih bisa memegang alih pekerjaan.     

"Sudah lima menit atau belum, ya?" tanya Leo yang menyudahi acara minum kopi yang terjadi dalam kurun waktu singkat. Menaruh kembali cangkir tersebut, lalu sedikit mengecap lidah karena kini rongga mulutnya di penuhi aroma kopi.     

Sang bodyguard melihat ke arah jam yang melingkar di tangan kirinya, melihat ke arah jarum jam panjang dan pendek yang berdetik. "Baru dua menit, Tuan." jawabnya sambil kembali menaruh pandangan ke arah Leo. Menatap sang atasan yang harus di jaga dari para pekikan wanita di lobby nanti. Sudah pasti lah laki-laki yang menyandang status CEO dengan marga Luis, sangat di kenal banyak orang.     

Selain tubuh Leo yang terlihat kekar, sexy sangat menggoda. Wajah dengan pahatan rahang, hidung, dan bibir sexy itu seakan-akan menjadi pemikat permanen di dalam tubuhnya.     

Leo menganggukkan kepalanya, "Yasudah lebih baik jalan saja." ucapnya sambil melangkahkan kakinya ke luar kamar, membuat sang bodyguard mengikuti jejaknya setelah berhasil menutup pintu kamar hotel yang terkunci otomatis dari luar.     

Padahal, baru saja Leo keluar kamar tapi mata jelalatan para pekerja wanita yang memang ahli di bidang tata graha atau biasa di sebut dengan nama housekeeping mulai mengalihkan pusat pandangan ke arahnya.     

Dan ya, Leo malah memberikan sebuah kedipan kepada wanita pekerja yang berjalan sendirian di lorong dengan troli dorongnya.     

Dalam hati wanita tersebut, pasti ingin menjerit histeris karena di pagi hari yang cerah ini sudah mendapatkan sebuah kedipan memabukkan.     

Sang bodyguard yang sudah terbiasa akan hal itu pun diam saja, lagipula bukan haknya untuk melarang sikap dari sang Tuan-nya. Memilih diam, asal wanita tersebut tidak menimbulkan kericuhan, baginya sangat tidak masalah.     

Leo hanya terkekeh kecil melihat wanita yang tadi mengambil kesempatan untuk memandang dirinya itu tersipu malu dan langsung mempercepat langkahnya. "Ada-ada saja. Padahal tadi dia yang bersikap seolah-olah ingin di sapa, tapi saat di notice malah kabur." ucapnya.     

Memang para wanita seperti itu ya. Ibaratnya modus, namun saat di respon malah salah tingkah. Jadi, kalau baper kan bukan salah si pihak laki-laki karena yang memancing dari awal adalah wanita.     

Jadi, mengenai laki-laki yang KATANYA hanya bisa memberikan harapan palsu tanpa perwujudan, itu salah besar. Siapa yang suruh berharap lebih?     

Laki-laki akan memilih wanita yang menjaga sikap dan pandangan pada lawan jenisnya, begitu juga dengan Leo. Jadi, wanita yang suka menebar sifat genit pada dirinya, ya ia respon balik.     

Ting     

Ternyata, mereka sudah sampai di depan lift dan segera masuk ke dalam sana bersama beberapa orang yang mungkin saja memiliki tujuan serupa. Leo tidak diperbolehkan berdekatan dengan para wanita yang juga berada satu lift dengan mereka. Ada yang sibuk mengambil kesempatan berdekatan dengan Leo, ada juga yang perlahan demi perlahan mengarahkan tangannya untuk memegang lengan kokoh Leo, dan ada juga yang frontal langsung menerobos sang bodyguard supaya bisa berdekatan dengan Leo.     

Oh tentu saja hal itu tidak akan terjadi.     

"Maaf ya Nona-nona, sebaiknya jaga jarak dengan Tuan Leo." ucap bodyguard Leo dengan sangat sopan. Sesuai dengan perintah Leo, laki-laki itu sangat tidak ingin di jaga dengan seseorang yang emosian. Apalagi kalau sampai bersikap kasar pada orang lain hanya karena ingin mencuri perhatian pada Leo, pasti laki-laki itu tidak ingin mempekerjakan orang yang memiliki sifat merugikan.     

Ting     

Menghembuskan napasnya, Leo akhirnya keluar lift terlebih dahulu di susul dengan bodyguard yang dengan segera menghampiri dirinya.     

"Hai Tuan Leo, senang bisa melihat mu secara langsung."     

"Di foto saja luar biasa tampan, apalagi kalau udah lihat secara langsung seperti ini."     

"Pagi-pagi lihat laki-laki tampan, buat kesejukan yang jarang sekali ada di Mexico."     

"Memang aura CEO dengan segudang uang itu beda banget ya,"     

"Tampan banget, gak kuat!"     

Seperti itu lah pekikan para fans milik Leo. Sedangkan laki-laki itu? Hanya menampilkan sebuah senyuman manis dengan sekali menyapa 'halo juga' ke arah mereka semua.     

"AAAAAAAAAAA!" pekikan serempak itu membuat para wanita terasa seperti ingin pingsan pada detik ini juga.     

Memang terdengar lebay atau biasa di bilang berlebihan. Tapi kalau siapapun yang ada di posisi mereka pasti sudah lebih heboh daripada ini. Bertemu dengan laki-laki idola di dunia tanpa harus repot-repot terbang ke London adalah hal yang paling membuat detak jantung terasa ingin berhenti, tapi mereka sadar ada kehidupan yang harus di jalani. Hanya pengekspresian yang berlebihan saja kok, bukan 'berhenti berdetak' dalam artian yang sebenarnya.     

"Suaranya maskulin banget, bikin betah buat telponan nih biasanya."     

"Sumpah suaranya aja udah masuk ke kategori suara yang tampan."     

Tunggu sebentar, untuk ucapan satu ini Alex sedikit berpikir. Kalau ada kategori suara tampan, apa memang dirinya akan masuk nominasi? Sangat menggelikan rongga dadanya.     

"Gak sia-sia terlambat berangkat kerja, ternyata ada imbalannya."     

Menghiraukan ucapan yang semakin lama terdengar semakin abstrak itu membuat Leo mempercepat langkah kakinya. Mungkin sang bodyguard yang satunya sudah jengah menunggu karena dapat di pastikan kalau ini lebih dari sekedar lima menit saja.     

"Tuan, apa kamu merasa terganggu?"     

"Tentu saja, tapi jangan berperilaku kasar. Tetap calm down, dan hiraukan saja."     

Bijak, peduli, dan tentunya ia adalah sosok yang diidamkan para wanita. Pantas saja banyak penggemarnya toh memang kualitas tidak pernah mengkhianati hasil, iya kan?     

Mereka berdua akhirnya sampai di depan hotel, melihat sebuah mobil Lamborghini yang hanya muat untuk dua orang saja.     

"Silahkan masuk, Tuan." ucap bodyguard --yang tadi menjaga dirinya dari para ucapan manja di lobby hotel, memang wanita suka sekali menggoda laki-laki yang bening berdompet tebal-- membukakan pintu mobil untuk Leo.     

Sedangkan Leo? tentu saja ia langsung masuk ke dalam mobil, menempati kursi samping pengemudi. "Kamu tinggal saja di kamar mu, pesan makanan atas nama ku supaya nanti bill-nya bisa ku bayar." ucapnya sebelum menutup pintu mobil kepada bodyguard yang berada di luar mobil.     

"Baik, Tuan. Terimakasih banyak atas kebaikan mu,"     

Leo menganggukkan kepalanya, lalu menutup pintu mobil serta memasangkan seat belt di tubuhnya. Jangan lupakan, ia juga memakai kacamata dengan lensa yang sangat cocok di pakai kaum laki-laki. Penampilannya kini sebelas dua belas dengan hot daddy, oh atau sugar daddy?     

"Sudah tahu kemana kita akan pergi, kan?" tanyanya yang menolehkan kepala ke arah sang bodyguard yang kini sudah beralih profesi menjadi private driver miliknya.     

"Sudah, Tuan. Sesuai dengan tujuan yang Tuan berikan pada ku,"     

"Baik, pastikan tidak terlambat dan jam setengah sembilan nanti kita sudah harus berada di sana."     

"Noted, Tuan. Akan di usahakan, tapi tidak akan mengebut yang membahayakan keselamatan."     

Leo memang selalu memilih pekerja yang dapat si andalkan. Mereka akan mencari cara cepat tetapi tetap dalam mode aman yang sesungguhnya. Memiliki tata Krama dan keyakinan yang sangat kuat, tentu saja membuat dirinya selalu merasa kecukupan dengan pekerja yang berkualitas.     

"Nanti saya berikan tip untuk pekerjaan mu yang selalu bagus,"     

Ia merogoh saku tuxedo-nya, menemukan sebuah benda pipih dari dalam sana. Langsung saja melihat deretan notifikasi yang berada di layar atas ponselnya, lalu mau tidak mau membuka pesan tersebut karena tidak tega membiarkan seorang wanita menunggu kabar darinya.     

| ruang chat |     

Azrell     

Sayang?     

Azrell     

Sibuk selalu ya sampai gak pernah ngabarin aku tentang semua kegiatan kamu,     

Azrell     

Selamat bersenang-senang di Mexico ya.     

Azrell     

Jangan gegabah, jaga pola makan mu. Jangan bekerja terlalu keras setidaknya luangkan waktu untuk pikiran mu.     

Azrell     

Aku mau ngomong suatu hal sama kamu.     

Azrell     

Kita udahan ya sampai di sini aja? ATM kamu udah aku taruh di atas meja kerja. Maaf belum bisa jadi pasangan yang terbaik walaupun sudah berusaha namun di banting kembali.     

Azrell     

Terimakasih, aku pamit.     

| ruang chat selesai |     

Sungguh, ada sedikit luka yang menggores hati Leo saat ini. Ia memang tidak menyukai Azrell, tapi tampaknya jika wanita yang memutuskan hubungan dengan dirinya rasanya... entahlah ia tidak bisa mendeskripsikan semua itu.     

Biasanya, ia yang selalu memutuskan hubungan terlebih dahulu. Namun saat ini, Azrell memang berbeda. Sayangnya ia tidak pernah bisa menyeimbangkan wanita tersebut...     

Setelah cukup lama bergeming, Leo menghembuskan napasnya. Lalu jemarinya mulai menari-nari di atas layar ponsel, membalas pesan wanita tersebut tanpa ekspresi yang tercetak jelas di permukaan wajahnya.     

| ruang chat |     

Leo     

Maaf sudah mengecewakan mu, terimakasih.     

| ruang chat selesai |     

Ia tidak akan memohon pengembalian, atau bertanya alasan seseorang pergi dari hidupnya. Setelah ia memutuskan untuk manjadi laki-laki pemilih karena di tinggal sang mantan istri, ia tidak pernah membiarkan wanita yang meninggal dirinya pasti selalu berkebalikan. Namun untuk saat ini, luka yang di berikan Azrell sama persis dengan luka yang di berikan oleh sang mantan istri.     

Yang meninggalkan, bukan yang terbaik.     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.